Hari ke 15. Dan diapun belum membuka mata. Aku
berharap-harap cemas pada pasienku yang satu ini. 2 minggu yang lalu, dan
akupun masih ingat dengan jelas peristiwa itu. Ketika sebuah mobil inova melaju
kencang dari arah timur Jl. Kenanga menuju depan Rumah Sakit ini. Sungguh kaget
bukan kepalang, posisiku berada di seberang jalan tepat di sebelah kanan mobil.
Kulihat betul laki-laki itu terjepit dan mencoba untuk keluar. Semua orang
berlari mencoba menolong. Aku justru berlari ke dalam Rumah Sakit kemudian hanya
melihat peristiwa itu dari arah jendela ruang kerjaku, menunggu para perawat yang
lain mengangkatnya ke dalam tandu. Sejenak pikiranku lengang, telingaku
berdengung tak mendengar apapun,
pandanganku gelap.
“Flora.” Sapa perawat yang tanpa sadar telah berada di
samping dan memanggil namaku beberapa kali. Entah berapa lama.
Aku menoleh ke arahnya dengan tanpa tahu raut wajahnya.
“Kamu pucat sekali. Are you alright?” Diena menepuk
pundakku.
Namaku
Soraya. Oleh teman-temanku, aku sering dipanggil Raya. Aku tinggal disebuah
kota tepatnya Mawar asri. Aku tinggal bersama kedua orang tuaku, satu orang
kakak laki-laki dan satu orang kakak perempuan. Kak Yos, begitu nama panggilan
kakakku yang pertama. Dia sekarang tengah menempuh pendidikan S1nya di Jogja
semester 5, sementara, Kak Puput, dia menempuh pendidikan S1nya di Semarang,
semester 1, dan tinggal bersama Kakek dan Nenekku disana.
Aku
sendiri, aku baru saja lulus dari SMA. Tinggal aku yang masih bingung mau
menyambung hidup yang seperti apa. Papa bilang, aku mondok saja,
Posted by
Unknown
,
11:10 AM
Cukup ini saja yang kuterima
Sudah terlampau banyak
Sudah mewakili semua
Bukan maksud hamba mengeluh
Namun apalah daya tubuh ini bisa
Hamba terlelap dalam mimpi-mimpi sunyi
Begitu banyak suaranya dunia ini,
Begitu megah sudut-sudutnya
Namun tak ada cahaya yang bisa membangunkan aku
Dari igauan kehidupannya.
Aku tak menyesal, hanya
Tak tau kapan waktunya......
Posted by
Unknown
,
10:29 AM
Dalam malam yang penuh dengan cahaya bulan ini, aku masih terduduk di teras rumah. Kupandangi menyeluruh apa yang bisa kulihat diantara gelap gemerlap malam itu. Meski begitu, tak ada satu hal pun yang mau masuk di pikiranku. Yang justru semakin merasuk adalah bayang-bayang peristiwa seminggu lalu. Pasti dia masih sakit. Dan ini salahku. Salahku... Agghh!
“Van, kamu mau pulang sekarang? Aku ikut ya?” Katanya sembari merangkul di pundakku.
“Aku masih nanti. Pekerjaanku belum selesai. SMS Devi atau Ulfi buat nganter kamu pulang.” Kataku tanpa memperhatikan.
“Pinjem motormu Van.” Katanya sambil mengetik sebuah pesan.
“Tuh di depan. Coba aja kalo bisa. Tadi aku berangkat ke sini sempat mogok.”Kataku.
Dia tak menanggapi omongan terakhirku. Lantas pergi membanting pintu ruanganku membuatku kaget.
“La! Tunggu La!”Teriakku.
Posted by
Unknown
,
10:28 AM
Siang itu gue berhasil membuat perhitungan ke Radi. Mukanya udah babak belur, berdarah-darah dan tubuhnya telentng tak berdaya di sebelah tumpukan-tumpukan kardus deket sampah-sampah..
“Salahnya sendiri, macem-macem sama gue!! Emang dia belum tahu gue siapa??” Kata Akfi sambil menyulut rokok di tangannya.
“Dipanggil guru BP, baru tahu rasa! Yach, loe cuma salah ngomong dikit, langsung main tonjok aja.. Loe pikir dia boneka, gak sakit kalo dipukulin??” Kata salah seorang temannya.
“Ah, masa bodoh, gue kan gak urusan sama BP, gue punya urusan sama Radi.” Katanya cuek.
“Sarap loe!!”
“Akfi mau ke mana? Kamu ngrokok lagi?” Kata Yuli.
“Heh.. sok perhatian banged loe ma gue!! Udah, mulai sekarang, kita putus!!”
“Fi, kamu kok gitu! Aku tu cewek kamu, aku udah berusaha nglakuin yang terbaik buat kamu. Berapa kali coba aku bilang kayak gitu, tapi kamu gak pernah menggubris!!”
“Hah, bodo amat..” Akfi lalu berlalu pergi.
“Sabaar Yul..”
Posted by
Unknown
,
10:25 AM
Dan jika pun mungkin... maka aku akan tetap bilang tidak mungkin.. karena aku tahu siapa aku. Huwh.. pemandangan siang ini membuatku semakin gerah. Semakin banyak orang yang datang ke tempat ini. Menjual barang-barangnya. Aku termasuk salah satunya. Tapi bersyukurlah aku karena sudah hampir 6 bulan aku berjualan di sini dan pelangganku pun cukup banyak.
“Ayam gorengnya satu porsi berapa?”
“Lima ribu. Mau minta berapa porsi?”
“3 aja.”
“Oh ya, tunggu sebentar ya.”
Aku lantas membungkus 3 porsi ayam goreng ke dalam kardus.
“Ini.”
“Makasih, ini uangnya.”
Dengan tersenyum aku menjawab. “ Sama-sama.”
Tak berapa lama, aku melihat orang berlari-lari ke tengah jalan. Apa yang terjadi?
Posted by
Unknown
,
10:23 AM
Tempat yang tak asing bagiku.. dengan pengharapan yang tak banyak. Dan dengan semua yang serba sederhana. 1 tempat tidur, bantal, kasur, tempat masak lengkap dengan peralatan makan. 1 almari baju dan belakang ruang sebagai kamar mandi. Tembok-tembok yang lusuh. Penuh dengan gravity-gravity. Mungkin saja kalau ada yang datang ke tempat ini, akan langsung bilang tak betah. Bukan apa-apa, tapi bisa kubilang lusuh. Oh ya, satu lagi, tempat dimana kucingku sering tidur. Kardus tebal yang kubuka sisi depannya sehingga dia bisa keluar masuk dengan mudah. Kulapisi bagian bawahnya dengan kain. Kain berwarna biru. Sering kupanggil dia Ciko. Ya, dia yang selalu menemani tidur malamku. Yang selalu membuat ruangan ini ramai.
Aku sudah menempatinya hampir sekitar 3 tahun. Kurang lebih 1 kilo dari rumah ini, sering aku berjalan untuk bekerja. Jangan tertawakan aku, karena aku lelaki