BLUM TEPAT WAKTUNYA....

Posted by Unknown , Monday, September 10, 2012 12:30 PM


Suasana tepi pantai yang sangat tak asing bagiku. Jembatan indahnya yang seakan selalu menarikku untuk pergi ke tempat ini. Pasir-pasirnya yang begitu memesona..... Ah.. seperti dalam film-film saja. Bayangan-bayangan di waktu itu masih saja bergerak-gerak di atas jembatan itu. Tertawa, sedih, dan... sangat sedih.
“Lagi apa anak ibuk?” sapa ibuku ramah ketika mengetahuiku tengah melamun.
“Menikmati sore Buk, jenuh di dalem rumah terus.”
“Ya sudah, tapi jangan sampai magrib ya.”
“Iya buk.” Kataku tersenyum membalas ucapan ibu.
***
“Kapan ni kita berangkat?” kata Aldri.
“iya lama banget tuh orang. Nunggu ampe lumuten ni. Gak dateng-dateng.” Kataku.
“Gimana kalo kita berangkat duluan. Keburu siang ni? Tar panas di sananya.”
“Eh, tapi ya jangan gitu donk, tar kalo dia nyasar gimana? Kita yang nanggung donk.” Celetuk Bagas.
“Pris, temeni aku bentar yuk.” Ucapnya.
“Kemana Gas?”
Tanpa menjawab pertanyaanku, dia langsung menyeret tanganku dan menjauh dari teman-temanku yang sedang kesal.
“Apa sih Gas?”

“Aku Cuma mau bilang, nitip Amey di rumah ya.”
“Ya ampun, emang si Amey gak ada yang ngrawat? Edi kemana?”
“Sekarang tinggal ma Omku di Malang. Tolong ya Pris.”
“Emang kamu tu mau ke mana Bagas?”
“Ya kamu mau gak aku titip ke kamu?”
“Gaaak..... nolak.. hehehe. Iya iya. Ya udah ke sana yuk, ditunggu sama temen-temen.” Kataku kemudian berbalik
“Pris..” Bagas menggandeng tanganku dan merangkul pundakku. Aku hanya tersenyum.
Mungkin ini adalah perpisahan terindahku karena semua teman-temanku punya waktu untuk pergi bareng-bareng seperti ini.
“Gak kerasa ya, kita udah lulus. Cepet banget rasanya.” Kata Vira.
“Iya ni, masih pengen bareng-bareng tau.” Celetuk Pandu sambil menatapi jalan di sepanjang perjalanan.
Sore itu juga, aku dan temen-temen pergi ngrayain perpisahan sekolah dengan pergi ke pantai, sekaligus mengantarku pulang, karena kebetulan aku tinggal beberapa meter tak jauh dari lokasi pantai. Tapi, aku merasakan sesuatu yang lain kali ini. Entah apa, khawatir, was-was, bahagia, sedih... Ah, mungkin ini hanya perasaanku saja.
Tiba-tiba
“Aaaaaaaggggghhh!!!”
“Eh kenapa tuh Pak?” Kata Indra membuka jendela.
“Eh tu tu ada orang jatuh. Pak! Pak! Berhenti dulu.”
Semua orang di dalam bus keluar dan berusaha menolong wanita muda yang jatuh terlentang di depan bus. Kepalaku berputar-putar melihat darah yang berceceran, sehingga justru aku ikut digendong oleh sebagian orang. Ah, tak tahu siapa.
“Pris.. Pristi..” Vira menepuk-nepuk pipiku membangunkanku. Aku mencoba membuka mata.
“Aku pusing banget Vir.” Kataku mencoba duduk.
“Minum dulu ni.” Ucapnya menyodorkanku segelas air putih.
“Kamu sakit Pris?” Kata Pandu yang ternyata sedari tadi kakinya kugunakan untuk bantal.
“Eh, gak papa kok.” Aku  duduk saat sadar ternyata aku ada di sebuah mobil yang sedang melaju.
“kita hampir nyampai...” Kata Bagas menoleh kearahku.
Ya, tidak salah lagi. Ini jalan menuju rumahku. Kulirik jam di tangan kiriku. Sudah hampir asar. Bagas membantuku membawa barang-barangku yang segunung. Tanpa menunggu aba-aba, teman-temanku yang lain langsung nyebur ke air.
“Kamu gak usah ikut main kalo masih pusing.” Katanya tanpa mempedulikanku yang sedari tadi menatapnya. Bagas kemudian memberi kode padaku untuk mengikutinya.
“Ambilin obat Pris. Vira kena karang kakinya.” Kata Aldri langsung meninggalkanku dan Bagas. Dengan cepat kuambil peralatan P3K dari tas. Kulihat bagas melambaikan tangannya sambil menaiki sebuah perahu, jauh dan semakin jauh dari tepi pantai. Dia terlihat melambai dan tersenyum berjingkat. Sementara disampingku, Vira semakin merintih sakit dan mukanya semakin pucat.
‘Duaar!!!!’ Kapal yang dinaiki Bagas meledak. Spontan aku berteriak.
“Bagaaaaaaassssss!!!!” Kutinggalkan Vira dan Pandu kemudian berlari ke air.
“Aldri dimana?” Kataku panik.
“Ikut naik ke kapal Pris.” Kata Pandu mengikutiku.
Sontak aku menangis. Bingung tak tahu harus berbuat apa. Beberapa menit kemudian warga yang melihat peristiwa itu, segera mengambil sampan dan berlayar ke tempat kapal tadi.
1 jam...
2 jam...
Bagas dan Aldri, tidak ditemukan.....
***
“Buk...”
“Iya Nduk. Ayo makan, ibu udah masak.”
“Pristi pengen ketemu Bagas.” Kataku tersedu. Ibu memelukku menangis....

0 Response to "BLUM TEPAT WAKTUNYA...."

Post a Comment