SELEMBAR SISI HITAM
Posted by Unknown , Wednesday, December 12, 2012 10:03 AM
Sumber : http://octanegara.wordpress.com/2012/01/26/potret-keikhlasan-ayah-dan-putrinya/ |
----------------------------------------------------------------------
Untuk Bapak,
Pak, aku mungkin gak bisa pulang minggu ini. Masih banyak orderan di tokoku. Jadi aku masih sibuk. Kuharap Bapak ngerti dengan keadaanku. Uang untuk Bapak, mungkin sebulan lagi baru aku bisa ngirim. Keadaan ibu bagaimana Pak? Apakah baik-baik saja? Aku kangen sama ibuk. Adik-adikku juga. Sebenernya pengen cepet pulang, tapi, mau bagaimana lagi? Aku lagi butuh uangku untuk keperluanku di sini. Salam buat Ibuk. Aku kangen. Buat Adik-adikku, belajar yang rajin ya...
Salam,
Rani
----------------------------------------------------------------------
Aku lantas memberikan surat itu kepada Ayahku. Dia terkejut melihatnya.
"Rani siapa Pak?" Tanyaku dengan semakin penasaran karena Ayah terlihat gugup.
"Itu... itu Bapak gak tau. Bapak belum pernah melihatnya." Jawabnya sambil menaruhnya di atas meja. Aku kecewa.
"Pi?!!" Teriak ibuku dari dapur.
"Ya buk." Jawabku seraya menghampirinya.
"Tolong belikan ibu garam sebentar di warungnya Pak Hari." Perintahnya.
"Iya." Kataku setelah menerima beberapa lembar uang kemudian langsung beranjak pergi.
Selama langkahku berjalan, pikiranku terus terbayang pada surat tadi. Siapa Rani, dan apa yang terjadi.
Tiba-tiba aku melihat Bapak dengan sepeda motornya melewati warung, dimana aku sedang membeli garam.
Tak sempat terpikir aku harus mengejar Bapak. Sambil menenteng sebungkus garam, aku berlari sebisanya. Secepat yang aku bisa. Mungkin sebenarnya tidak apa-apa. Tapi, pikiranku jadi negatif menerima ekspresi Bapak saat dia menerima surat itu.
Sampai di jalan raya, aku membututinya dengan angkota. Karena tak lagi bisa mengikutinya dengan cepat, kuseret Pak Arman dengan sepeda ojeknya untuk mengantarku.
Kurang lebih 10 Km dari rumahku, Bapak menghentikan sepeda motornya di depan sebuah rumah sederhana, di kawasan gang VIII.
Seorang wanita memakai kerudung keluar dan menyalaminya. Bapak kemudian masuk ke rumah itu.
Apa bapak punya istri lebih dari satu? Batinku semakin tidak karuan..
"Itu siapa Pi?" Tanya Pak Arman setelah mendapatiku hanya terdiam........
Bersambung.....
Post a Comment