KETIKA PENJAJAHAN BUKAN LAGI PERANG
Posted by Unknown , Saturday, October 19, 2013 2:46 PM
www.arrahmah.com |
“1001 macam itu bidang pekerjaan
Dari jadi pengamen sampai jadi seorang
presiden
1001 macam cara orang cari makan
Dari penjual koran sampai penjual
kehormatan….”
Masih
ingat kan dengan lagu bang haji Rhoma Irama di atas? Yak, kebanyakan lagu-lagu
bang Rhoma ini melukiskan keadaan di Indonesia. Penyanyi yang kondang dengan
suara khasnya ini memang banyak digemari oleh penggemar musik dangdut. Apalagi
dengan lagu-lagunya yang sarat makna.
Mendengar
penggalan lagu di atas, apa yang tersirat di benak Anda?
Bagi
sebagian besar orang, bekerja merupakan kebutuhan setiap orang untuk mencukupi
hidupnya. Semakin hari, pekerjaan semakin beraneka ragam. Termasuk, korupsi?
Apakah korupsi sekarang ini “layak” disebut bidang pekerjaan? Mengingat begitu
banyak kalangan yang memanfaatkan kegiatan ini untuk mencari uang. Mulai dari
lingkungan desa, sampai pemerintah kita di megapolitan. Seolah-olah mereka tidak
menimbang dan memikirkan konsekuensi dari kegiatannya tersebut. Bukan hanya
konsekuensi untuk dirinya sendiri yang harus masuk bui, tapi yang terpenting
adalah untuk masyarakat yang dipimpinnya. Terlebih keluarganya sendiri yang
harus dihidupi dengan asupan kebutuhan dari hasil yang tidak halal.
Masih
banyak saudara-saudara kita di tanah air yang tinggal di tempat yang masih
belum layak, serba kekurangan, minim keamanan, dan kurangnya pelayanan
kesehatan. Sementara itu jauh di atasnya, orang-orang bisa tinggal di tempat
mewah dan serba berkecukupan. Namun apalah bahagianya jika pada akhirnya, harta
kekayaan itu tergeletak dan tidak bisa dinikmati lagi dengan adanya silang
merah penyitaan KPK.
Apa
yang sebenarnya terjadi di negeri kita ini? Ujian ataukah cobaan? Atau hukuman?
Setelah
beberapa waktu lalu kita dinyatakan merdeka dari naungan para penjajah, apakah
sekarang kita bisa disebut merdeka dengan keadaan yang seperti ini? Kini banyak
masyarakat yang kurang menyadari hal tersebut. Tanpa dinyana, penjajahan telah
beralih dari peperangan fisik menjadi peperangan moral dan perasaan. Buktinya,
sekarang masyarakat merasa lebih tersakiti dengan adanya “korupsi” dari pada
peperangan. Meski tidak semua kalangan terjerat kasus tersebut, namun, karena “nila
setitik rusak susu sebelanga”, telah tercoreng wibawa pemerintahan.
Ayo
para pemuda, generasi penerus yang hidup lebih cerdas, lebih merdeka, jeli
terhadap apa-apa yang di depan mata.
Selayaknya sebagai pemimpin, haruslah yang bisa menjadi teladan, dan rumah yang
sejuk sebagai tempat berlindung yang nyaman bagi masyarakatnya. Seperti yang
telah dicontohkan oleh pemimpin-pemimpin kita terdahulu. Dan hendaknya kita
sebagai masyarakat yang diberi hak untuk memilih pemimpin juga harus melihat
benar bagaimana sosok seorang calon pemimpin yang sekiranya bisa membawa
masyrakat menuju kehidupan yang lebih baik. Semoga Tuhan memberi petunjuk.
Kunjungi juga : www.nu.or.id
Post a Comment