DALAM BUI CERITA LALU

Posted by Unknown , Sunday, March 10, 2013 7:49 PM



Alin masih termangu dalam ruangan dingin ber-AC ini. Padahal di luar sana, udara masih lebih dingin dari dalam rumah.
“Matikan AC-nya Lin, nanti kamu sakit. Belum hafal juga to sama awakmu?”
“Biar pikiran Alin tambah dingin Buk, masih pening.” Katanya tak memperhatikan kehadiran ibunya.
“Apa? Masih pening? Kamu masih mengingat-ingat lelaki itu? Tega kamu sama ibuk. Semenjak kamu kenal dia, sikapmu jadi gak jelas. Tingkahmu sama ibu jadi berubah!” Bentak ibu membuat bulu kudukku berdiri. Merinding. Seperti biasanya. Tapi aku tetap tak goyah dengan apa yang aku pikirkan.
“Ibu kayak gitu juga sama Edra. Ibu gak pernah nerima kehadirannya buat Alin. Alin udah gede buk. Edra juga udah dewasa. Ibu masih gak bisa nerima dia karena dia keturunan Eropa?”
“Lin, ibu Cuma pengen yang terbaik buat kamu.
Ibu tau apa-apa yang baik buat kamu. Tolong kamu hargai aku ini sebagai ibu!”
“Aaahh ibuk!! Alin bingung!” Alin memeluk ibunya.
***
“Aku gak maksa kamu Lin.” Kata Teguh. Sedikitpun ia tidak menatap wanita di sisinya. Ia hanya menatap  ke depa kosong.
“Terus? Apa?” Kata Alin tak bersemangat.
“Aku hanya minta, jangan kau sakiti Ayahku dengan keputusanmu. Kau tahu sendiri, Ayah sakit jantung sejak setahun yang lalu.”
Oh Tuhan… Kenapa kau pilin hatiku dengan harus memutuskan perkara-perkara yang sulit… Batin Alin tak tahan untuk menahan air mata.
“Jangan menangis Lin…”
‘Tuling’tuling’
Edra : Dimana Lin? Aku butuh bicara pada ibumu. Sebentar saja.
‘tik’ Alin memencet tombol power off di ponselnya.
“Aku butuh berfikir. Aku butuh suasana jernih. Dan sekarang, aku butuh sendiri…” Kata Alin memejamkan matanya.
Teguh mengusap pipi Alin yang basah air mata. Sejenak keningnya berkerut. Langkahnya dimulai dengan berdiri, menjauh, dan melesit jauh dengan suara deruman motor balapnya.
Kenapa ibu tiba-tiba tidak setuju dengan rencana pernikahanku dengan Edra. Padahal sudah 2 tahun ini, hubungan Edra dan ibu baik-baik saja, belum selesai dengan masalah itu, kenapa tiba-tiba juga Teguh melamar? Di waktu yang sangat tidak tepat ini…? Alin mengambil tisu dari tasnya dan menutup mukanya penuh…
***
“Lin… Adikmu dimana?” Sapa ibunya suatu malam.
“Di loteng buk, lagi belajar.” Katanya cuek.
“Anterin makan malam ya buat dia. Ibu mau pergi sebentar ke rumah tantemu.” Katanya sambil mengelus pundak Alin.
Alin tersenyum pahit
Dengan langkah lesu, ia pergi menuju loteng.
‘Gubraakk!! Pyar!!’
“Aduuuh….” Rintih Alin
“Bagas!!!!” Teriak Alin sesaat ia tak bisa berdiri.
‘Dug’dug’dug’ Terdengar suara langkah adiknya dari lantai atas.
“Siapa yang mainan minyak di sini?” Bentaknya.
“Maaf Kak, bagas dapet tugas kimia, suruh pake minyak. Tadi tumpah pas Bagas ngambil dari dapur.” Kata Bagas menunduk. Takut.
“Kenapa gak diberesin? Kakak jatuh ni? Ambilin kursi! Kakak mau duduk!”
‘tuling’tuling’
Stifa : Lin, mau ikut ke rumah sakit gak? Teguh kecelakaan tadi sore. Kritis. Sekalian nengok Bapaknya.
‘Deg!’ terngiang ucapan Teguh waktu itu…
Alin : Aku habis jatuh Fa, mungkin besok aja. Ayahnya kenapa? Dimana? …..(not sent)
Pulsa habis… Oh My God
5 jam kemudian…
Stifa : Lin…! Kamu dimana sih! Teguh gak ada, ayahnya juga meninggal! ;(
Edra : Sayang… Gak papa kan? Kenapa gak ngasih kabar…?
1 jam kemudian…
‘kring’kring…’
“Alin?”
“Iya…”
“Kok lemes gitu, nangis, kenapa?”
“Aku jatuh Dra, tadi di tangga. Pulsaku habis.”
‘Tik’ Alin segera menutup telfon segera setelah ia tahu, ibunya dating…
***
“Buk…” Sapa Alin perlahan.
“Hmm.” Jawabnya menoleh sembari tetap meneruskan pekerjaannya. Menyulam.
“Edra Buk.” Ibu Alin Tercengang. 
Edra yang tengah berdiri di depan pintu menunduk. Alin menggandeng tangannya.
“Sudah kau beri tahu ayahmu?”
“Sudah. Salam dari Papa. Papa minta maaf, karena telah membawa Edra ke kehidupan ibu. Papa tahu, ibu pasti tidak mau menerima Edra setelah ibu tahu Papa.”
“Ibu sudah memaafkan Papamu.”
“Buk?! Papa Edra siapa?” Tanya Alin mengerut.
“Papamu juga Lin. Ibu bercerai dengan dia. ”
Alin ternganga…
“Menikahlah kalian. Ibu merestui.”
Kepala Alin bersandar di pundak Edra. Ibunya beranjak dari tempat duduknya. Mendatangi Alin dan Edra. Lalu memeluk Alin…

0 Response to "DALAM BUI CERITA LALU"

Post a Comment